Malang, 12 Januari 2010. Mungkin banyak orang yang tahu dan berharap jadi ahli permainan catur. Bahkan ada beberapa orang yang sudah digelari ‘the master’. Mereka dapat dengan gampangnya saja memvonis skak! pada lawan. Beragam software computer berlomba membuat aplikasi virtual catur yang baik dan benar. Papan catur bukan hal asing bagi kita. Dari kedai kopi sampai kedai-kedaian meng’instal’ papan catur sebagai salah satu fasilitas tambahan untuk menambah tingkat kebetahan konsumen.
Hari itu saya sangat lelah. Sehabis mata kuliah ‘matematika dasar’, otak menjadi overheat. Jadi begitulah, meskipun jarum jam menunjukkan pukul 11.15, bukannya berbelok ke mesjid namun malah menuju asrama untuk sekedar rebahan sebentar. Niatnya sebentar 🙂
Plek… Saya tertidur dan terbangun ketika jama’ah selesai shalat zuhur. Kebiasaan masjid kampus adalah tausiah selesai sholat. Terdengar samar dari loud speaker yang memang suaranya sangat nyaring di lingkungan asrama. Pentausiah kala itu -yang saya tidak tahu siapa- mengambil catur sebagai temanya. Saya masih dalam keadaan belum stabil karena masih baru aja bangun. Namun karena temanya agak unik. Saya tertarik menyimaknya.
Catur menyediakan beragam hikmah yang hanya dapat disadari oleh orang yang melihatnya, tuturnya. Sedikitnya, dalam keadaan setengah sadar itu, inilah poin-poin yang saya dapat:
- Dalam catur, banyak pecatur pemula yang melakukan kesalahan mendasar. Yakni mengedepankan gerakan pion, lalu mengakhirkan gerakan raja dan ratunya. Bahkan terkadang ada yang hanya menggerakkannya jika merasa keberadaannya terancam. Sangat berbeda dengan professional yang sebisa mungkin mengedepankan gerakan raja, ratu, benteng dan pejabat lainnya. Pion digerakkan ala kadarnya saja. Itu rahasia umum sebagian besar pecatur professional. Dari sini dapat diambil pelajaran, bahwa pemimpin yang membiarkan rakyatnya maju ke garis depan sedangkan ia santai tenang saja dibelakang, adalah pemimpin pemula, tidak professional dan tidak cocok dikatakan pemimpin. Apabila ingin dianggap pemimpin, haruslah berani menjadi naungan bagi rakyatnya. Juga harus menjadi panglima pada garis paling depan. Cukup ironis dengan realitas yang ada di sekitar kita. Pemimpin memperlebar jarak antara mereka dan rakyatnya. Juga hanya mementingkan ‘aman’ nya sendiri. Seakan diri mereka adalah hal yang kepentingannya diatas semua hal. Ironis kawan, Jadilah pemimpin yang berani ada di garis depan dalam situasi apapun jika suatu hari engkau diberi amanah untuk itu.
- Dalam catur, sangat jarang ada yang meraih kemenangan tanpa mengorbankan bidak tertentu untuk meraih posisi yang lebih baik. Ada kalanya pion dikorbankan untuk akhirnya dapat membumihanguskan bidak-bidak lawan yang lain.Dari sini pelajaran yang dapat diambil adalah pengorbanan. Selama kita masih mengaku orang yang memiliki mimpi, janganlah berpikir terlalu lama untuk membuat suatu pengorbanan agar mimpi kita dapat terwujud. Saya ingin mimpi mendapat nilai IP yang bagus pada akhir semester nanti terwujud. Adalah hal yang wajar jika saya harus mengorbankan waktu istirahat tenang saya untuk mempelajari berlembar-lembar catatan mata kuliah, atau bolak-balik gedung fakultas untuk mencari referensi tugas bahkan terkadang mesti rela mengencangkan ikat pinggang demi membeli buku pendukung mata kuliah yang harganya ‘wah’. Itu pengorbanan yang masih secuil. Saya tahu banyak orang lagi yang lebih gila pengorbanannya. Saya termasuk yang beruntung tak perlu menambah beban pikiran SPP, diluar sana seorang jenius meski bermandikan keringat untuk mengais uang. Tak ada hal apapun yang tak menuntut pengorbanan untuk mencapainya. Dalam bentuk apapun itu.
Sebenarnya saya yakin penjelasan sang pentausiah itu tidaklah hanya ini. Namun, Alhamdulillah dari 100% tausiah yang dipaparkannya, ada paling tidak 2 poin yang kutangkap 🙂
Tentunya catur masih memiliki seabrek rahasia lainnya. Biarlah kali ini menjadi tugas kita bersama untuk mencarinya. Kalau tidak kita, siapa lagi?
Melangkahlah ‘tuk hari esok !
inspirasi : Tausiah ba’da zuhur mesjid tarbiyah UIN MMI Malang